Klik Aja Buat Nyari Apapun

Banner

Silahkan Bergabung

Selasa, 08 Maret 2011

Benarkah Adolf Hitler menetap dan meninggal di Indonesia?


Apakah benar judul diatas? "Adolf Hitler, si pemimpin NAZI yang sangat kejam, bengis dan penyebab utama Perang Dunia II itu ? sempat tinggal dan akhirnya meninggal di Indonesia?". Mungkin kebingungan dan rasa tidak percaya anda sama dengan anehanehnyata, Bahkan ada beberapa rekan yang mungkin sinis dan skeptic apa benar begitu? jika saja ada yang rajin menyimpan klipingan artikel harian “Pikiran Rakyat” sekitar tahun 1983, tentu akan menemukan tulisan dokter Sosrohusodo mengenai pengalamannya bertemu dengan seorang dokter tua asal Jerman bernama Poch di pulau Sumbawa Besar pada tahun 1960. Dokter tua itu kebetulan memimpin sebuah rumah sakit besar di pulau tersebut.

Lantas bukan hanya karena bertemu dan mengupas kerja dokter Poch, jika kemudian artikel itu menarik perhatian banyak orang, Namun kesimpulan akhir dari artikel itulah yang membuat banyak orang Terheran-heran. Dalam artikel tersebut dengan beraninya Sosro mengatakan bahwa dokter tua asal Jerman yang pernah berbincang-bincang dengannya, tidak lain adalah Adolf Hitler, mantan diktator Jerman yang super terkenal karena telah membawa dunia pada Perang Dunia II! Tentu saja hal ini langsung menjadi bahan perdebatan. Bagkan banyak yang menganggap Sosro hanya sedang mencari sensasi.

Sosro pun tidak tinggal diam mendapat kritikan tajam tersebut ia mengajukan Beberapa “bukti”, diantara bukti yang diajukan antara lain dokter Jerman tersebut cara berjalannya sudah tidak normal lagi, kaki kirinya diseret. Tangan kirinya selalu gemetar. Kumisnya dipotong persis seperti gaya aktor Charlie Chaplin, dengan kepala plontos. Kondisi itu memang menjadi ciri khas Hitler pada masa tuanya, seperti dapat dilihat sendiri pada buku-buku yang menceritakan tentang biografi Adolf Hitler (terutama saat-saat terakhir kejayaannya), atau pengakuan Sturmbannführer Heinz Linge, bekas salah seorang pembantu dekat sang Führer. Dan masih banyak “bukti” lain yang dikemukakan oleh dokter Sosro untuk mendukung dugaannya.

Keyakinan Sosro yang dibangunnya dari sejak tahun 1990-an itu hingga kini tetap tidak berubah. Bahkan ia merasa semakin kuat setelah mendapatkan bukti lain yang mendukung ‘penemuannya’. “Semakin saya ditentang, akan semakin keras saya bekerja untuk menemukan bukti-bukti lain,” kata lelaki yang lahir pada tahun 1929 di Gundih, Jawa Tengah ini ketika ditemui di kediamannya di Bandung.

Jika saja benar dr. Poch dan istrinya adalah Hitler yang tengah melakukan pelarian bersama Eva Braun, maka ketika Sosro berbincang dengannya, pemimpin Nazi itu sudah berusia 71 tahun, sebab sejarah mencatat bahwa Adolf Hitler dilahirkan tanggal 20 April 1889. “Dokter Poch itu amat misterius. Ia tidak memiliki ijazah kedokteran secuilpun, dan sepertinya tidak menguasai masalah medis,” kata Sosro, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang sempat bertugas di pulau Sumbawa Besar ketika masih menjadi petugas kapal rumah sakit Hope. Sebenarnya, tumbuhnya keyakinan pada diri Sosro mengenai Hitler di pulau Sumbawa Besar bersama istrinya Eva Braun, bukanlah suatu kesengajaan. Ketika bertugas di pulau tersebut dan bertemu dengan seorang dokter tua asal Jerman, yang ada pada benak Sosro baru tahap kecurigaan saja. Ia melihat cirri-ciri yang tidak biasa pada dr. poch. Terutama aksen bicaranya yang dinilai oleh Sosro beraksen German asli.

Meskipun begitu, ia menyimpan beberapa catatan mengenai sejumlah “kunci” yang ternyata banyak membantu. Perhatiannya terhadap literatur tentang Hitler pun menjadi kian besar, dan setiap melihat potret tokoh tersebut, semakin yakin Sosro bahwa dialah orang tua itu, orang tua yang sama yang bertemu dengannya di sebuah pulau kecil di Indonesia! Sosro secara tidak sengaja bertemu dengan dr. Poch terjadi pada tahun 1960. Suatu saat, seorang keponakannya membawa majalah Zaman edisi no.15 tahun 1980. Di majalah itu terdapat artikel yang ditulis oleh Heinz Linge, bekas pembantu dekat Hitler, yang berjudul “Kisah Nyata Dari Hari-Hari Terakhir Seorang Diktator”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.

Pada halaman 59, Linge mula-mula menceritakan mengenai bunuh diri Hitler dan Eva Braun, serta cara-cara membakar diri yang kurang masuk di akal. Dan juga tidak ditemukannya jasad Hitler serta istrinya tersebut. Ada beberapa fakta yang ‘mendukung’ bahwa Hitler tidak melakukan bunuh diri dan hal itu hanyalah rekayasa. Yaitu keterangan dari salah satu prajurit perang NAZI yang mengantar pelarian Hitler. Prajurit yang tidak mau disebutkan namanya ini menjadi saksi bahwa pelarian Hitler pasca kekalahan german benar-benar terjadi, dan bukan bunuh diri seperti yang sering diceritakan.


0 komentar:

Posting Komentar